Jumat, 25 Maret 2011

Digoda (Dicobai)


 Saudara, ketika Tuhan ingin membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, Iblis melalui Firaun berusaha dengan tiga cara agar Musa dan Harun berkompromi dengan tetap tinggal di Mesir.
Pertama, mereka digoda untuk berkompromi total (Kel. 8:25). Firaun menawarkan kompromi bahwa orang Israel diperbolehkan untuk menyembah Tuhan Allah mereka di Mesir. Usul ini tampak baik dan lebih mudah. Namun, jika orang Israel terus tinggal di Mesir, berarti Musa dan Harun tidak taat pada perintah Allah. Jika tidak pergi, mereka akan tetapmenjadi budak orang Mesir dan penyembahan mereka hanya akan menjadi agama yang lain di Mesir. Mereka menolak godaan untuk berkompromi itu dan lebih taat kepada Allah.
Kedua, mereka digoda dengan memberi tawaran yang lebih enak dan berkompromi sebagian (Kel. 8:28; 10:8-11). Firaun mengoda Musa dan Harun agar berkompromi sebagaian dengan permohonan mereka pergi ke padang gurun. Mereka boleh pergi menyembah Allah asal “tidak boleh pergi terlalu jauh”. Firaun juga menggoda dengan mengizinkan sebagian Israel pergi, tetapi “perempuan dan anak-anak harus tinggal di Mesir”. Jikalah tawaran tersebut diteriman, berarti orang Israel hanya taat pada sebagian perintah Allah. Ketaatan yang setengah-setengah tidaklah berkenan kepada Allah. Allah menuntut ketaatan mutlak/total/penuh dari anak-anakNya.
Ketiga, mereka digoda untuk tidak melayani (Kel. 10:24). Ketika Iblis, melalui Firaun, gagal menggoda Musa dan Harun untuk berkompromi, dia berusaha mencobai orang Israel agar mereka setuju untuk pergi tanpa melayani Tuhan Allah dengan benar—pergi tanpa persembahan korban, pergi tanpa kambing domba. Padahal, kambing domba dan ternak untuk adalah persembahan korban mereka kepada Allah sebagai bukti pelayanan mereka kepada Allah. Musa dan Harun menolak untuk kompromi dengan Firaun/Iblis. Mereka taat sepenuhnya perintah Allah dan bertekad untuk melayani Tuhan Allah secara total/penuh.
Karena itu Saudara, ingatlah bahwa Iblis terus bekerja untuk menggoda kita. Iblis ingin kita jatuh. Dan kompromi sekecil apapun dengan rencana Iblis, kompromi sekecil apapun dengan cara-cara dunia akan membuat kita jatuh. Lawan dan tinggalkan keinginan-keinginan Iblis untuk menjatuhkan kita (1Yoh. 2:15-16). Tetaplah taat secara mutlak pada perintah Allah dan milikilah komitmen untuk tetap melayani Tuhan apapun yang terjadi pada diri Anda, keluarga Anda, lingkungan Anda, dsb. Tuhan Yesus memberkati.—allofgrace—

Allah Mau Menolong … (Kej. 25:18-34)


Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, kita perlu senantiasa sadar bahwa Allah kita adalah Allah yang Mahakasih. Dia selalu ingin menolong kita mengatasi segala masalah kita (Yes. 59:1). Namun, sebagaimana yang ditulis dalam Yes. 59:2, karena kejahatan dan dosa, banyak di antara kita yang tidak mengalami kuasa Allah. Melalui kisah Esau dan Yakub ini, kita akan belajar bahwa “Allah mau menolong manusia yang mau menolong dirinya”. Apakah maksudnya?
Pertama, Allah mau menolong kita yang mau mengendalikan keinginan tubuhnya (1Kor. 9:27; Gal. 6:17; 1Tes. 5:23). Esau kehilangan hak kesulungannya karena tidak dapat mengendalikan keinginan tubuhnya (Kej. 27:31). Demikian juga, orang-orang pada zaman Nuh dimusnahkan dengan air bah hanya karena keinginan daging yang menguasai mereka (Kej. 6:3). Jika Allah tidak menyayangkan mereka, Allah pun tidak akan menyayangkan kita jika kita mengendalikan keinginan daging kita (2Ptr. 2:4-7). Puji syukur kepada Tuhan Yesus bahwa Roh Kudus memampukan kita untuk menguasai diri (Gal. 5:22-23).
Kedua, Allah menolong kita yang tidak menganggap remeh anugerah Allah (1Ptr. 4:11; 2Ptr. 1:4-5; 1Kor. 15:10). Esau memandang ringan anugerah Allah (Kej. 25:33-34). Banyak orang Kristen menganggap hal-hal yang fana lebih penting daripada hal-hal yang kekal (Mrk. 8:36-38). Lalu, bagaimana Allah dapat menolong mereka yang tidak mau menghormati Tuhan (Mal. 1:6; 1Tim. 6:16). Tidak ada lagi pertolongan bagi mereka yang menganggap murah dan rendah anugerah Allah melalui pengorbanan Kristus (Ibr. 10:29).
Ketiga, Allah mau menolong kita yang tahu mengambil keputusan yang tepat dan benar (Ef. 1:11-12; Rm. 11:33-36). Esau mengambil keputusan yang salah dengan berkata :Apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?” (ay. 32). Yosua mengambil keputusan yang tepat (Yos. 24:15)— “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN”—keputusan yang tepat untuk melayani dan bekerja bagi Tuhan. Elia pun menantang bangsa Israel untuk mengambil keputusan menyembah Allah yang sejati, Yehova Elohim atau Baal—“Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia” (1Raj. 8:21). Kita seharusnya mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan sebagaimana Daud memilih jatuh ke tangan Tuhan daripada ke tangan manusia (1Taw. 21:13).
           
Bagaimana dengan Anda? Dapatkah Anda mengendalikan tubuh Anda? Apakah Anda sedang atau sudah meremehkan anugerah Allah? Silakan ambil keputusan yang benar dan tepat, sekarang! Tuhan Yesus menantang kita untuk memilih (Luk. 9:59-62). Dan Dia pun siap menolong Anda bila Anda mau menolong diri Anda untuk menyenangkan hati Tuhan. —allofgrace—

APA YANG ORANG PERCAYA HARUS HENTIKAN?



Banyak orang memiliki kebiasaan buruk. Namun, kebiasaan buruk ini tidak seperti menggigit kuku atau makan secara berlebihan. Ini kebiasaan buruk yang lebih sulit dan jauh lebih berbahaya. Kebiasaan-kebiasaan itu cenderung MERASUKI ketika hidup bergulir ke arah yang tidak setujui. Ini merupakan sikap atau perilaku yang cenderung selalu ada ketika harapan atau impian kita tidak terpenuhi—saat harapan kita hancur menjadi kekecewaan.
Hidup ini penuh dengan pengingat bahwa kita sebenarnya tidak memegang kendali. Dan ketika pengingat itu dating—seperti seember air dingin—itu bisa mengejutkan kita ke siklus berpikir duniawi. Itu dapat membawa kita ke dalam spiral penderitaan emosional dan spiritual. Itu dapat membawa keluar pola pikir yang paling bersifat daging dari hati kita.
Jika Anda belum pernah mengalami kejadian ini, Anda pasti akan segera mengalaminya. Ini mungkin sesuatu yang kecil seperti bangun kesiangan atau besar seperti krisis besar kehidupan—tapi pasti, sesuatu dalam hidup Anda, segera, tidak akan terjadi seperti yang diharapkan atau direncanakan. Berikut pertanyaannya. 

Ketika itu terjadi, bagaimana Anda akan meresponsnya? 

Perkenankan saya menyarankan tindakan berikut. Ada sepuluh respons, tetapi di sini kita melihat lima yang pertama: 

  1. Berhenti mengeluh, mulai bersyukur (Mzm. 6:7). Cobalah lihat Alkitab dan periksalah kata "menggerutu" dalam berbagai bentuknya. Anda akan melihat bahwa Allah menilai “mengeluh” dengan sangat serius. Dan sebaliknya, Dia memerintahkan kita berulang kali dalam FirmanNya untuk bersyukur kepada-Nya—dalam segala hal dan untuk segala sesuatu. Jadi, bila ada sesuatu yang salah, mulai sekarang. Jangan mengeluh. Jangan menggerutu. Itu membuang energi emosional. Menggerutu itu melawan Allah—itu merupakan serangan terhadap kedaulatan-Nya (Bil. 11:1). Jangan melakukannya. Sebaliknya, tempuhlah jalan metinggi dan katakana "Terima kasih!". Ini mungkin itu tampak mustahil. Kita mungkin merasa canggung. Tetapi itulah ketaatan, dan itu langkah pertama untuk memiliki sukacita sejati, bahkan ketika segalanya tidak berjalan sesuai dengan rencana.
  2. Berhentilah bermuram durja (Kej. 4:5-6), mulailah berharap—mengeluh, entah disimpan dalam hati atau diucapkan di mulut, merupakan beban berat yang membebani jiwa. Beban itu sungguh berat dan memberatkan. Itu menyarati hati dengan mengasihani diri sendiri dan perasaan palsu "Aku pantas mendapatkan yang lebih baik." Mengasihani diri sendiri merupakan perangkap menyedihkan—jangan pergi ke sana. Bermuram durja merampas inti berkat kehadiran Allah dan kuasa di tengah-tengah ujian. Itu mendukakan Roh Kudus. Memilih untuk bermuram sama dengan memilih untuk memperpanjang dan bahkan memperburuk penderitaan kekecewaan. Putuskan bahwa bermuram durja harus berhenti sekarang. Tidak ada acara untuk mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, tetapkanlah untuk berharap pada Tuhan, tidak peduli entahkah jalan hidup itu berkelok-kelok ataupun naik-turun.
  3. Berhentilah iri hati, mulailah melayani (Kej. 37:11, Ayb. 5:2). Pertama kita mengeluh, kemudian muram, lalu iri. Kita mulai melihat orang lain dan membandingkan. Kami mulai tabulasi dan menghitung. Dan dalam pikiran daging kita, kita selalu saja kurang. Orang lain memiliki lebih baik. Orang lain lebih mudah mendapatkanya. Itu merupakan permainan pikiran yang tidak akan pernah kita menangkan. Perbandingan mengarah ke iri hati dan ketidakpuasan. STOP! Bergumam, bermuram durja, iri hati. Hentikanlah siklus itu dan mulailah melayani. Ya! Dari mana pun Anda beradakekecewaan, beban—bangkitlah, kibaskanlah debu dari pakaian Anda, balutlah luka anda, dan ulurkanlah tangan untuk membantu orang lain. Ada orang yang mengalami lebih buruk. Ada orang yang lebih sakit lagi. Ada orang yang lebih kecewa. Seseorang menghadapi pergumulan lebih keras (100 kali) sekarang! Cari mereka dan bantulah mereka—dari tengah-tengah kesulitan Anda, lakukan sesuatu untuk menjadi berkat buat orang lain.
  4. Berhentilah mengkritik, mulai mengangkat (1Tim. 5:13). Jika Anda mempunyai tiga kebiasaan buruk yang pertama, yang keempat akan mengikuti dengan cepat. Setelah Anda mengeluh, bermuram durja, dan iri hati, langkah selanjutnya adalah mengkritik. Tidak butuh waktu lama hingga Anda mulai berbicara tentang semua isu yang Anda lihat dalam diri orang lain. Anda akan menemukan hati menyedihkan lain, telinga yang mau mendengarkan keluh-kesah Anda, dan Anda akan mulai menyerang orang lain, seperti binatang terluka. Hal-hal yang Anda makan Anda akan mulai keluar—apa yang diucapkan orang keluar dari kelimpahan hatinya. Dari balik rasa sakit dan mengasihani diri sendiri, satu-satunya cara Anda untuk merasa sedikit lega adalah untuk menyayat orang lain dan membesar-besarkan kegagalan mereka. Ini merupakan taktik menyedihkan, tetapi agak seperti narkotika rohani. Ini membuat Anda merasa lebih baik sementara dan dapat menjadi candu. Pilihlah untuk berhenti mengkritik dan mulailah bersemangat. Orang-orang yang bersyukur dalam genggaman kasih karunia Allah yang menakjubkan selalu melihat yang terbaik dalam diri orang lain dan menunjukkan hal itu. Dengan semangat 1 Korintus 13, mereka memahami bahwa kasih itu menanggung segala sesuatu, percaya segala sesuatu, dan mengharapkan segala sesuatu.
  5. Berhenti mengecilkan hati, mulai memotivasi (Kol. 4:6). Orang yang mengeluh, bermuram durja iri hati, dan memfitnah akhirnya akan menjadi pematah semangat. Kata lain untuk apa ini adalah "keras/kasar." Ini terjasi ketika gerutuan Anda, semangat bersungut-sungut Anda mulai menjalar ke dalam hubungan Anda dengan nada keras dan kata-kata tajam. Ini adalah ketika orang yang Anda kasihi dirugikan oleh kegelisahan Anda, dihambat oleh kemarahan Anda, atau terluka oleh penghinaan Anda. Siapapun bisa menjadi pematah semangat—yang diperlukan adalah sedikit kedagingan dan lepas kendali lidah.
Sebaliknya, pilihlah untuk mendorong orang lain. Gantilah kekerasan dengan kelemahlembutan. Gantilah kemasaman dengan kepedulian. Gantilah penghinaan dengan inspirasi. Semua orang membutuhkan dorongan!

Ketahuilah bahwa kelima hal di atas tidak akan membantu untu membuat segalanya menjadi benar. Renungkanlah ini—terlepas apa pun yang terjadi saat ini dan apa yang Anda miliki sekarang. Anda dikelilingi oleh orang-orang—yang masing-masing memiliki kesempatan untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Daripada turun ke dalam lima perilaku ini, ambillah jalan yang berbeda. Pilihlah kata-kata Anda seperti seorang artis memilih kuas dan warna. Pilih perbuatan Anda seperti seorang desainer memilih elemen-nya. Ambil setiap saat dan setiap hubungan dan ubahlah menjadi sebuah kesempatan untuk membangun, melayani, bertumbuh, dan membantu.

Orang percaya harus benar-benar berhenti mengeluh, bermuram durja, iri, mengkritik, dan melemahkan. Kita akan membahas lima hal lain. Terima kasih atas kunjungan Anda, dan kiranya ini dapat menginspirasi Anda! —allofgrace—

Rabu, 23 Maret 2011

PEMIMPIN—JASMANI atau ROHANIKAH—ANDA? (Gal. 5:19-23)


Ada seorang hamba Tuhan yang melayani bersama dengan pemimpin Kristen yang hebat selama beberapa tahun. Ia adalah orang yang memiliki semangat, talenta, dan hamba sejati. Namun, ia menerima perlakuan yang buruk dan tidak menyenangkan dari seorang penginjil hebat yang melayani bersamanya itu. Ia benar-benar tidak dihormati. Orang ini pun telah kehilangan rasa hormatnya kepada orang yang pernah sangat dihargainya itu.

Kedagingan/Jasmaniah itu sangatlah kuat. Kedagingan itu memiliki kekuatan untuk menuntut. Kedagingan dalam kepemimpinan sangatlah buruk—benar-benar buruk. Kedagingan dalam kepemimpinan membuat mudah untuk menginjak-injak orang. Kedagingan membuat seseorang suka “menelanjangi orang lain.” Kedagingan akan beralasan bahwa seseorang "layak mendapatkan perlakukan itu." Kedagingan menikmati dominasi. Kedagingan suka memuaskan diri dengan menghina. Kedagingan mengingatkan semua orang siapa yang sebenarnya bertanggung jawab. Jasmani suka mengingatkan dirinya betapa bodohnya orang lain sebenarnya dengan menganggap bahwa ia sudah banyak pengalaman dan berhasil. Kedagingan suka menyatakan dan menegaskan dirinya. Kadang-kadang, pemimpin daging pura-pura bermaksud baik padahal tidak tulus. Kadang-kadang, ia merasionalisasi "tujuan lebih daripada caranya"—toh, semua hasil pelayanan adalah untuk Tuhan. Tetapi, bagi mereka ujung "perjalanan daging"—itu selalu menyakitkan.

  • Pemimpin jasmani menuntut; pemimpin rohani menginspirasi.
  • Pemimpin jasmani memermalukan; pemimpin rohani menggembala.
  • Pemimpin jasmani berdiri di atas mimbar/menunjuk; pemimpin rohani membimbing/menuntut.
  • Pemimpin jasmani mengingatkan jika Anda gagal; pemimpin rohani menolong Anda cara untuk menang.
  • Pemimpin jasmani berbicara; pemimpin rohani berkomunikasi dengan hormat.
  • Pemimpin jasmani menyalahkan; pemimpin rohani mementori Anda.
  • Pemimpin jasmani membangun citra diri agar dihormati; pemimpin rohani mendapatkan rasa hormat.
  • Pemimpin jasmani mengingatkan Anda tentang posisi mereka; pemimpin rohani mengingatkan Anda tentang Yesus.
  • Pemimpin jasmani menghalangi Anda; pemimpin rohani menyambut Anda masuk.
  • Pemimpin jasmani tidak bisa didekati; pemimpin rohani transparan hidupnya.
  • Pemimpin jasmani otoriter; pemimpin rohani menjalankan otoritas dengan rendah hati.

Kita semua tetap memiliki kecenderungan untuk menjadi pemimpin jasmani atau tergelincir menjadi pemimpin jasmani dengan kedok “pemimpin rohani.” Saat kita berhenti berkaca dan tidak mau mengasah diri kita, kita bisa tergelincir menjadi pemimpin jasmani belaka. Saat kita mulai melihat dan menilai secara salah, kita membuat banyak keputusan yang salah, padahal, ‘kacamata’ yang kita pakailah yang salah dan buram. Kita harus senantiasa mawas diri dan menilai diri serta mengubah cara pandang (paradigm) kita.

Kita perlu kembali memandang kepada Yesus Kristus. Dia memiliki semua otoritas. Dia adalah Raja atas segala raja. Dia memiliki semua kuasa. Dia adalah Allah atas alam semesta. Kalau ada pribadi yang mempunyai hak untuk bersikap dan bernada otoriter, Dia itu adalah Yesus. Namun, Dia adalah ungkapan sempurna otoritas yang tidak otoriter. Dialah menentukan prinsip dan prinsip itu tidak berubah karena berdasarkan Alkitab, Firman Allah (2Tim. 3:16). Keseimbangan antara kekuasaan yang sempurna disajikan dengan belas kasihan yang rendah hati tanpa pamrih. Dia menangani dengan tegas. Dia menangani dengan kuat. Dia menangani dengan otoritatif dan tegas. Tetapi, Dia tidak kasar. Dia tidak reaktif tetapi proaktif, menghina, atau merendahkan. Dia tidak memperlakukan semua orang di sekeliling-Nya seperti Dia tahu segala sesuatu dan bahwa mereka semua yang lain bodoh. Dia menyatakan yang sebenarnya benar. Dia memerlakukan mereka seperti gembala. Dia lembut, baik hati, belas kasih, peduli, pemaaf, sabar, dan memelihara. Tentu ada saat-saat di mana Yesus menangani dengan sangat tegas dan langsung seperti berhadapan dengan dosa dan pemimpin agama palsu. Tetapi kepada mereka Dia pimpin, Dia melakukannya dengan kualitas murni seorang pemimpin penggembalaan.

Orang tidak akan merespons kepemimpinan "keras" (keras di sini dalam arti kasar bukan tegas) atau kepemimpinan daging/jasmani. Bahkan, "kasar/keras" adalah mungkin kualitas terburuk kepemimpinan masa kini. Itu hanya akan melumpuhkan orang. Hal itu sepenuhnya melemahkan, mendemotivasi, mencekik. "Keras" membunuh hati, mematahkan keinginan rohani, dan melaparkan jiwa. "Keras" itu menyakitkan. "Keras" menyakiti orang dan tidak memberikan energi ke dalam diri seseorang. "Keras" menghalangi kemajuan, mendukakan Roh Kudus, dan menghambat tim. "Keras" tidak pernah akan menginspirasi siapa pun. "Keras" itu hanya menjijikkan!

Jika Anda melayani Tuhan dan memimpin orang-orang, renungkanlah bahwa mereka merindukan Anda memimpin sebagaimana yang Tuhan Yesus kehendaki sama seperti Anda sebagai pemimpin menghendaki mereka bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Tuhan. Jika kita gagal memimpin, akuilah dan tidak perlu mencari kambing hitam dengan menyalahkan mereka yang kita pimpin karena terlalu sulit untuk dipimpin. Belajarlah sungguh memahami keinginan dan kebutuhan mereka akan pemimpin yang dapat mengayomi dan tidak sekadar menuntut. Jadilah pemimpin yang dapat menginspirasi, pemimpin serupa Kristus karena dimampukan Roh Kudus.

Maka, hanya sebuah kalimat untuk mengingatkan kita—mungkin Anda memimpin sebuah kelas, kelompok PA pemuda, mahasiswa, atau keluarga, jemaat, atau memimpin diri sendiri. "Kasar/keras" tidak terdaftar dalam buah Roh Kudus. Itu ada dalam budaya sekuler dan tempat kerja modern. Tetapi, itu benar-benar buruk ketika itu diterapkan dalam pekerjaan Tuhan.

Ingatlah bahwa kita sedang menuju ke perjamuan kawin Anak Domba. Tetapi, ingatlah lebih dahulu apa yang akan terjadi sebelumnya, yaitu pengadilan takhta Kristus (Bema Judgment). Kita, para pemimpin, akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan kita di hadapan Tuhan Yesus Kristus. Di sanalah, kita semua akan tahu bagaimana kita telah memimpin orang-orang atau domba-domba yang Tuhan telah percayakan kepada kita. Renungkanlah bahwa mungkin kita sangat berharap memutar ulang apa yang seharusnya kita lakukan tetapi tidak kita lakukan karena kita mengikuti keinginan daging kita dan bukan firman Allah. Kita akan menuai hasil dari apa pun yang sudah kita lakukan, baik ataupun jahat.

Senin, 21 Maret 2011

Orang Kristen yang Hidup—renungan gereja rumah 20 Maret 2011


ORANG KRISTEN YANG “HIDUP”
(Kis. 11:26)
Pendahuluan:
1.   Pengertian kata “Kristen”: A Christian is a person who adheres to Christianity, an Abrahamic, monotheistic religion based on the life and teachings of Jesus of Nazareth. (Wikipedia)
2.   Banyak orang mengaku Kristen sehat dari segi jasmani tetapi rohaninya masih sekarat.
3.   Kita harus merawat tubuh rohani kita agar tetap sehat, bertumbuh dan hidup sebagaimana kita juga merawat tubuh jasmani kita.
4.   Yesus mengharapkan agar semua umat-Nya tetap “hidup” dan menjadi saksi bagi-Nya.
Tujuan Pelajaran:
1.   Agar anggota jemaat menyadari bahwa banyak orang Kristen tetap “mati” secara rohani.
2.   Agar mengetahui orang Kristen yang “hidup” bertumbuh dalam segi karakter dan pemahaman akan kebenaran firman Yesus.
Bagaimanakah orang Kristen yang “hidup” itu?
Diskusi: Orang Kristen yang “hidup” adalah:
I.       Orang Percaya yang Hidup itu Bertumbuh dalam Iman, Pengetahuan, dan Pengenalan Akan Kristus (2Ptr. 3:17-18)
A.     Bertumbuh adalah suatu keharusan sebagai sesuatu yang hidup. Sayangnya, banyak orang memerhatikan kesehatan jasmaninya, tetapi tidak dengan rohaninya. Anak-anak kita perhatikan gizi dan kesehatan jasmaninya, tetapi jika berhubungan dengan rohaninya, banyak kita yang tidak terlalu peduli dengan pemikiran bahwa toh, nanti sudah besar bisa tahu sendiri. Ini sungguh sesat dan menyesatkan!
B.     Ada banyak orang yang telah menjadi orang Kristen sekian lama tapi tidak menunjukkan pertumbuhan rohani, karena ketidakpedulian! Ada yang tidak bertumbuh dalam pengenalan dan pengetahuan akan Kristus.
C.     Akibat jika tidak bertumbuh dalam segi kerohanian (Ef. 4:13-16).
1.       Tidak ada kepastian dalam keselamatan/keyakinan.
2.       Penuh dengan keragu-raguan.
3.       Mengikuti ajaran palsu.
4.       Akan terjadi perpecahan (1Kor. 3:3)
II.      Orang Percaya yang Hidup Memiliki Metode yang Benar dalam Belajar Firman Tuhan (Ez. 7:10)
A.     Memiliki tekad yang kuat
B.     Meneliti/menyelidiki Firman Tuhan (Kis. 17:11).
C.     Melakukan Firman Tuhan (Yak. 2:22; Mat. 7:21).
D.     Mengajarkan–Memberitakan (Kis. 1:1; Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15-16).
III.     Orang Percaya yang Hidup itu Bertumbuh Dalam Pengetahuan Alkitab dan Bisa Menjadi Guru/Pengajar (Ibr. 5:12-14)
A.     Orang Kristen yang hidup pasti bisa menjadi guru/pengajar. Jika sudah sekian lama mengaku menjadi Kristen, tetapi sama sekali tidak/belum bisa mengajar siapa pun, bahkan anak-anaknya sekalipun, pantaslah bertanya pada diri sendiri, benarkah sudah bertumbuh/hidup sebagai Kristen?
B.     Tidak ada cara lain untuk meningkatkan pengetahuan selain belajar
IV.        Orang Percaya yang Hidup itu Tidak Goyah dalam Pekerjaan Tuhan (1Kor. 15:58)
A.     Orang Kristen adalah orang yang bekerja (Yoh. 9:4). Jati diri Kristen itu melekat ke mana pun kita pergi dan di mana pun kita berada. Apapun profesi kita, jadilah Kristen dalam profesi tersebut. Jangan kita bisnis, bekerja, belajar, dll. dengan cara dunia, sementara Kristen seolah-olah hanya menjadi pelebur dosa setiap minggu setelah sepanjang minggu berkubang atau main-main dengan dosa.
B.     Kita adalah pekerja dalam kebun anggur milik Tuhan. Dunia ini adalah tempat pelayanan kita kepada Tuhan; Jemaat menjadi tempat pelatihan dan penggodokan bagi kita untuk siap terjun menghadapi arus dunia!
C.     Banyak halangan atau rintangan yang akan kita hadapi dalam pekerjaan itu.
Kesimpulan:
Jadilah orang Kristen yang hidup yaitu:
1.   Dengan bertumbuh dalam iman dan pengetahuan akan Kristus.
2.   Memilikilah metode yang benar dalam belajar firman Tuhan.
3.   Yang tidak goyah dalam pekerjaan yang kita lakukan untuk Tuhan.

—allofgrace—