Rabu, 23 Maret 2011

PEMIMPIN—JASMANI atau ROHANIKAH—ANDA? (Gal. 5:19-23)


Ada seorang hamba Tuhan yang melayani bersama dengan pemimpin Kristen yang hebat selama beberapa tahun. Ia adalah orang yang memiliki semangat, talenta, dan hamba sejati. Namun, ia menerima perlakuan yang buruk dan tidak menyenangkan dari seorang penginjil hebat yang melayani bersamanya itu. Ia benar-benar tidak dihormati. Orang ini pun telah kehilangan rasa hormatnya kepada orang yang pernah sangat dihargainya itu.

Kedagingan/Jasmaniah itu sangatlah kuat. Kedagingan itu memiliki kekuatan untuk menuntut. Kedagingan dalam kepemimpinan sangatlah buruk—benar-benar buruk. Kedagingan dalam kepemimpinan membuat mudah untuk menginjak-injak orang. Kedagingan membuat seseorang suka “menelanjangi orang lain.” Kedagingan akan beralasan bahwa seseorang "layak mendapatkan perlakukan itu." Kedagingan menikmati dominasi. Kedagingan suka memuaskan diri dengan menghina. Kedagingan mengingatkan semua orang siapa yang sebenarnya bertanggung jawab. Jasmani suka mengingatkan dirinya betapa bodohnya orang lain sebenarnya dengan menganggap bahwa ia sudah banyak pengalaman dan berhasil. Kedagingan suka menyatakan dan menegaskan dirinya. Kadang-kadang, pemimpin daging pura-pura bermaksud baik padahal tidak tulus. Kadang-kadang, ia merasionalisasi "tujuan lebih daripada caranya"—toh, semua hasil pelayanan adalah untuk Tuhan. Tetapi, bagi mereka ujung "perjalanan daging"—itu selalu menyakitkan.

  • Pemimpin jasmani menuntut; pemimpin rohani menginspirasi.
  • Pemimpin jasmani memermalukan; pemimpin rohani menggembala.
  • Pemimpin jasmani berdiri di atas mimbar/menunjuk; pemimpin rohani membimbing/menuntut.
  • Pemimpin jasmani mengingatkan jika Anda gagal; pemimpin rohani menolong Anda cara untuk menang.
  • Pemimpin jasmani berbicara; pemimpin rohani berkomunikasi dengan hormat.
  • Pemimpin jasmani menyalahkan; pemimpin rohani mementori Anda.
  • Pemimpin jasmani membangun citra diri agar dihormati; pemimpin rohani mendapatkan rasa hormat.
  • Pemimpin jasmani mengingatkan Anda tentang posisi mereka; pemimpin rohani mengingatkan Anda tentang Yesus.
  • Pemimpin jasmani menghalangi Anda; pemimpin rohani menyambut Anda masuk.
  • Pemimpin jasmani tidak bisa didekati; pemimpin rohani transparan hidupnya.
  • Pemimpin jasmani otoriter; pemimpin rohani menjalankan otoritas dengan rendah hati.

Kita semua tetap memiliki kecenderungan untuk menjadi pemimpin jasmani atau tergelincir menjadi pemimpin jasmani dengan kedok “pemimpin rohani.” Saat kita berhenti berkaca dan tidak mau mengasah diri kita, kita bisa tergelincir menjadi pemimpin jasmani belaka. Saat kita mulai melihat dan menilai secara salah, kita membuat banyak keputusan yang salah, padahal, ‘kacamata’ yang kita pakailah yang salah dan buram. Kita harus senantiasa mawas diri dan menilai diri serta mengubah cara pandang (paradigm) kita.

Kita perlu kembali memandang kepada Yesus Kristus. Dia memiliki semua otoritas. Dia adalah Raja atas segala raja. Dia memiliki semua kuasa. Dia adalah Allah atas alam semesta. Kalau ada pribadi yang mempunyai hak untuk bersikap dan bernada otoriter, Dia itu adalah Yesus. Namun, Dia adalah ungkapan sempurna otoritas yang tidak otoriter. Dialah menentukan prinsip dan prinsip itu tidak berubah karena berdasarkan Alkitab, Firman Allah (2Tim. 3:16). Keseimbangan antara kekuasaan yang sempurna disajikan dengan belas kasihan yang rendah hati tanpa pamrih. Dia menangani dengan tegas. Dia menangani dengan kuat. Dia menangani dengan otoritatif dan tegas. Tetapi, Dia tidak kasar. Dia tidak reaktif tetapi proaktif, menghina, atau merendahkan. Dia tidak memperlakukan semua orang di sekeliling-Nya seperti Dia tahu segala sesuatu dan bahwa mereka semua yang lain bodoh. Dia menyatakan yang sebenarnya benar. Dia memerlakukan mereka seperti gembala. Dia lembut, baik hati, belas kasih, peduli, pemaaf, sabar, dan memelihara. Tentu ada saat-saat di mana Yesus menangani dengan sangat tegas dan langsung seperti berhadapan dengan dosa dan pemimpin agama palsu. Tetapi kepada mereka Dia pimpin, Dia melakukannya dengan kualitas murni seorang pemimpin penggembalaan.

Orang tidak akan merespons kepemimpinan "keras" (keras di sini dalam arti kasar bukan tegas) atau kepemimpinan daging/jasmani. Bahkan, "kasar/keras" adalah mungkin kualitas terburuk kepemimpinan masa kini. Itu hanya akan melumpuhkan orang. Hal itu sepenuhnya melemahkan, mendemotivasi, mencekik. "Keras" membunuh hati, mematahkan keinginan rohani, dan melaparkan jiwa. "Keras" itu menyakitkan. "Keras" menyakiti orang dan tidak memberikan energi ke dalam diri seseorang. "Keras" menghalangi kemajuan, mendukakan Roh Kudus, dan menghambat tim. "Keras" tidak pernah akan menginspirasi siapa pun. "Keras" itu hanya menjijikkan!

Jika Anda melayani Tuhan dan memimpin orang-orang, renungkanlah bahwa mereka merindukan Anda memimpin sebagaimana yang Tuhan Yesus kehendaki sama seperti Anda sebagai pemimpin menghendaki mereka bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Tuhan. Jika kita gagal memimpin, akuilah dan tidak perlu mencari kambing hitam dengan menyalahkan mereka yang kita pimpin karena terlalu sulit untuk dipimpin. Belajarlah sungguh memahami keinginan dan kebutuhan mereka akan pemimpin yang dapat mengayomi dan tidak sekadar menuntut. Jadilah pemimpin yang dapat menginspirasi, pemimpin serupa Kristus karena dimampukan Roh Kudus.

Maka, hanya sebuah kalimat untuk mengingatkan kita—mungkin Anda memimpin sebuah kelas, kelompok PA pemuda, mahasiswa, atau keluarga, jemaat, atau memimpin diri sendiri. "Kasar/keras" tidak terdaftar dalam buah Roh Kudus. Itu ada dalam budaya sekuler dan tempat kerja modern. Tetapi, itu benar-benar buruk ketika itu diterapkan dalam pekerjaan Tuhan.

Ingatlah bahwa kita sedang menuju ke perjamuan kawin Anak Domba. Tetapi, ingatlah lebih dahulu apa yang akan terjadi sebelumnya, yaitu pengadilan takhta Kristus (Bema Judgment). Kita, para pemimpin, akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan kita di hadapan Tuhan Yesus Kristus. Di sanalah, kita semua akan tahu bagaimana kita telah memimpin orang-orang atau domba-domba yang Tuhan telah percayakan kepada kita. Renungkanlah bahwa mungkin kita sangat berharap memutar ulang apa yang seharusnya kita lakukan tetapi tidak kita lakukan karena kita mengikuti keinginan daging kita dan bukan firman Allah. Kita akan menuai hasil dari apa pun yang sudah kita lakukan, baik ataupun jahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar