Jumat, 27 Mei 2011

Kematian Tidak Menunggu



Penulis lagu buta, Fanny Crosby, ditanya apakah ada yang lebih buruk selain daripada buta. Ia menjawab, “Ya, memiliki mata tetapi tidak memiliki visi.” Banyak jemaat Tuhan masa kini memiliki masalah karena mampu melihat secara fisik tetapi tidak secara rohani. Tuhan Yesus membahasnya di Yohanes 4. Dia baru saja menyelamatkan seorang perempuan di sumur, dan ia telah pergi ke Samaria untuk mengatakan, “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Tidak lama kemudian, para murid berkata kepada Yesus, “Rabi, makanlah.”

Sebagai tanggapan atas kebaikan tapi keduniawian para murid, “Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh. 4:34-35).

Perhatian para murid adalah makanan, tetapi fokus Juruselamat adalah jiwa-jiwa. Ketertarikan mereka adalah perjamuan, ketertarikannya adalah jiwa-jiwa. Dia berkata kepada mereka untuk berhenti makanan yang sementara, dan memandang pada orang banyak yang kekal. Saat itu, perempuan itu mengajak seluruh kota mengikutinya untuk datang kepada Yesus.

Para pemberita dan pengkhotbah harus mengangkat pandangannya dan menolong orang percaya yang mendengarkan beritanya untuk menangkap visi penuaian. Saat Yesus berkata kepada para murid untuk melihat, Dia sebenarnya sedang menasihati mereka untuk melihat dari dekat dan mengamati. Inilah aspek yang Tuhan ingin kita untuk melihat sehubungan dengan tuaian:

Mendesaknya Tuaian
Yesus mengatakan bahwa tuaian sudah menguning, berarti sudah tiba waktunya untuk dituai. Saat gandum masak, warna bulirnya menjadi kuning atau putih cerah, berarti siap untuk dituai. Yesus dan para murid-Nya dapat melihat orang Samaria yang mendekat; mereka adalah ladang yang siap untuk dituai itu.

Paul Rader pernah bercerita tentang tuaian gandum melimpah di Australia yang membusuk di ladang pada masa Perang Dunia I. Karena banyak orang ikut wajib militer, tak ada orang yang tinggal untuk menuai. Itulah kasus “tuailah atau membusuk” (reap or rot). Di Amerika, mungkin ini sulit untuk diterima. Namun, jika kita melihat negara-negara lain di dunia, kisah tentang Yesus akan menjadi hidup. Di Kamboja dan Uganda, respons terhadap berita Injil sungguh menyentuh. Meskipun tuaian di Amerika mungkin tampak sedikit, banyak tempat di belahan dunia ini siap untuk dituai. 

Perintah Allah untuk memberitakan Injil di Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15, Kis. 1:8, dll., semuanya dilakukan dengan segera. Meskipun dikatakan hampir lebih dari 2000 tahun yang lalu, murid masa kini harus sibuk dengan pekerjaan Bapa (Luk. 2:49). Paulus benar saat ia menasihati, “Saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya” (Rm. 13:11).

Setelah memberitakan Injil di sebuah desa di Afrika, seorang pria menerima Kristus dan penuh sukacita serta beban. Ia memandang penmberita itu dan berkata, “Mengapa Anda tidak segera datang ke desa kami? Kedua ayah dan ibu saya telah meninggal dan telah pergi ke neraka sebagaimana yang Anda ceritakan.” Kematian memang tidak menunggu!

Dalam Mat. 9:36-38, Yesus kembali memakai tuaian untuk pelajaran para murid. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Kata ‘orang banyak’ di ayat 36 berarti ‘sejumlah besar.’ Kata ‘banyak’ di ayat 37 berarti ‘besar, melimpah.’
Saat ini, lebih 6.7 miliar penduduk mendiami bumi. Penduduk Indonesia 230 juta jiwa. Amerika pun hanya 300 juta jiwa. Populasi dunia adalah 20 kali penduduk Amerika. Itu adalah jumlah yang sangat besar. Para misionaris memperkirakan bahwa setidaknya setengah dari jumlah itu sama sekali belum pernah mendengar Injil dan tiga per empatnya belum pernah menerima paparan Injil secara jelas.

Lebih dari 40 juta orang meninggal tiap tahunya dengan perkiraan 39 juta jiwa belum diselamatkan. Populasi Neraka terus meningkat. Statistik ini bukanlah sekadar jumlag, tiap kepala adalah jiwa yang baginya Yesus Kristus mati. Jiwa yang masak itu akan dituai atau membusuk, ditebus atau binasa. Dari situlah kita bisa memandang besarnya tuaian di mata Tuhan kita.

Setelah dua puluh abad sejarah jemaat, kata-kata Yesus di Matius 9:37 masih berlaku, “pekerja sedikit.” Hanya beberapa gembala, penginjil, dan jemaat sajalah yang benar-benar sadar jiwa. Berapa banyak jemaat yang Anda tahu benar-benar menyala-nyala untuk penginjilan? Bahkan istilah pemenangan jiwa (soulwinning) sudah banyak dicemooh. Penginjilan dianggap terlalu ekstrem.

Ladang misi tidak pernah kebanyakan misionaris. Ada jutaan jiwa yang belum pernah mendengar Injil di kota-kota dan desa-desa di Indonesia. Kota Soweto, Johannesburg, Afrika Selatan, jutaan penduduknya tidak memiliki satu pun jemaat yang memberitakan Injil. Bagaimana di desa dan kota Anda? Banyak kota dan desa yang tidak memiliki jemaat yang mengajarkan kebenaran sejati dan melakukannya!

Nasihat Yesus dalam Mat. 9:38 adalah agar kita, “Minta … kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Banyak gembala berduka karena kenyataan dan fakta hanya sedikit orang yang benar-benar mau terjun ke dalam pelayanan purna waktu. Bagaimana jika jemaat secara khusus mengadakan kebaktian 9:38 semalam suntuk? Berdoalah sungguh-sungguh untuk para pekerja di ladang Tuhan. Berdoalah pula agar jemaat memiliki visi tuaian ini.

--allofgrace--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar