Jumat, 29 April 2011

Kemunduran Jemaat—1



Pelayanan adalah anugerah Tuhan Yesus (Ef. 4:11-12). Para pelayan Tuhan semata-mata adalah penatalayan/pengatur (steward) rumah Tuhan yang sepenuhnya melakukan pekerjaan bagi Tuhan bukan bagi dirinya (Ti. 1:7) dan sebagai pengurus yang baik (good stewards) anugerah Allah itu.

Namun, tanpa dipungkiri, ada beberapa hal yang dapat membuat pelayanan kita mengalami kemunduran atau stagnasi. Hal-hal yang menjadi penghambat kemajuan pelayanan itu dapat berasal dari dalam diri pelayan Tuhan maupun dari luar.

Kita akan melihat beberapa kasus dari Alkitab tentang jemaat-jemaat yang mengalami kemunduran ataupun stagnasi. Kita akan belajar bagaimana kondisi jemaat-jemaat itu. Kita akan melihat dari beberapa jemaat Asia Kecil yang menerima surat dari Rasul Yohanes.

Perlu digarisbawahi bahwa jemaat-jemaat itu meskipun menjadi gambaran keadaan jemaat-jemaat pada masa sekarang, namun jemaat-jemaat itu adalah jemaat-jemaat Perjanjian Baru. Dan jika kita meyakini bahwa jemaat-jemaat Perjanjian Baru itu juga adalah jemaat-jemaat Baptis Independen, maka kita melihat ada berbagai macam kondisi jemaat Baptis Independen. Kita mengakui ini karena pada abad mula-mula belum ada Roma Katolik, belum ada Protestan, belum ada Karismatik, dan belum ada jemaat-jemaat yang lain, dan yang ada adalah jemaat-jemaat Perjanjian Baru yang juga sama dengan jemaat-jemaat Baptis Independen sekarang.

Jemaat Efesus (Why. 2:1-7)

Jemaat Efesus mengalami kemunduran karena meninggalkan kasih yang semula (ay. 4) dan Alkitab menyatakan bahwa mereka telah jatuh (ay. 5).
1.   Jemaat Efesus sesungguhnya adalah jemaat yang bekerja keras, berjerih lelah, dan bertekun dalam penderitaan (ay. 1-2a). Paulus merintis jemaat Efesus (Kis. 18:19-21; 19; 1Kor. 16:8). Tiga tahun lamanya Paulus mengajar dan melatih orang-orang di sana; Apolos juga mengajar di sana; Priskila dan Akwila juga melayani di sana; jemaat ini digembalakan oleh Timotius (1Tim. 1:3) kemudian dilanjutkan oleh Rasul Yohanes.
2.   Jemaat Efesus adalah jemaat yang mempertahankan kebenaran (ay. 2b); membenci pelayan-pelayan palsu; rasul-rasul palsu (para pengikut Nikolaus yang berusaha untuk menguasai orang dan bukan melayani) (ay. 6; band. 2Kor. 11:13)
3.   Namun, mereka mengalami kemunduran bahkan kejatuhan yang parah:
a.   Kehangatan kasih mereka telah ditinggalkan (ay. 4)
                                 i.      Ini sungguh menjadi pelajaran penting bagi kita. Jika pelayanan kita menjadi sekadar tradisi, kita mengalami kemunduran. Memang mungkin ada doa, mungkin ada PA, mungkin ada ibadah, dst. Namun jika itu semua kita lakukan hanya sebagai rutinitas karena kita sudah menyatakan diri untuk melayani bahkan ditahbiskan untuk melayani, maka kita memiliki motivasi yang salah. Motivasi kita mungkin adalah prestise, posisi, reputasi, kewajiban, rasa takut dan bukan kasih (band. Ef. 1:15-16).
                               ii.      Ingat, dalam tradisi ini kita bisa saja orang-orang yang giat melayani namun bukan karena kasih melainkan rasa takut. Kasih yang mula-mula telah ditinggalkan (2Kor. 11:2)
b.   Mereka telah jatuh (ay. 5a)
Kita dapat merasakan kondisi sebagaimana jemaat Efesus ini. Mereka GIAT TETAPI DINGIN. Apakah jemaat yang kita layani juga ada dalam kondisi kemunduran seperti ini? Mungkin tetap ada jam-jam ibadah, namun tidak ada gairah (passion) untuk memuji Tuhan, tidak ada kerinduan untuk berdoa dengan sungguh-sungguh; tidak ada ketertarikan untuk belajar Alkitab, sehingga yang melayani pun mempersiapkan diri dalam menyediakan makanan rohani yang ala kadarnya (daripada tidak khotbah, setidaknya khotbah asal-asalan saja). Perhatikan bahwa kasih yang semula itu: FIRST:
1)      Fellowship—bersekutu dengan Tuhan secara pribadi dengan haus dan lapar (Mzm. 42:2)
2)      Intimate—bergaul karib dengan Tuhan (Ayb. 29:4; Kej. 5:22)
3)      Respect—menghargai Allah yang telah mengaruniakan pelayanan ini (1Tim. 3:1)
4)      Spirit—semangat untuk tetap melayani Tuhan (Rm. 12:11; Mzm. 122:1)
5)      Tender—sensitif/peka terhadap kebutuhan sehingga rela memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan pekerjaan Tuhan (Yoh. 10:11; 15:13)  
4.   Apa yang harus kita lakukan jika kita ada dalam kondisi sebagaimana jemaat Efesus ini?
Perhatikan apa yang juga harus dilakukan oleh jemaat Efesus! Mereka perlu memperhatikan dan melakukan 3 hal (3R):
a.   Remember (Ingatlah)—betapa dalam mereka jatuh (contoh: anak yang hilang—Luk. 15:17-18)
b.   Repent (Bertobatlah) (band. 1Yoh. 1:9)
c.    Redo (Lakukan lagi)—dimotivasi kembali oleh kasih kepada Tuhan Yesus (band. 1Yoh. 5:2)
Itu jugalah yang harus kita lakukan dalam kondisi kemunduran ini. Kasih harus menjadi yang utama (1Kor. 13:13; Mat. 22:37-40). Kasih jangan pura-pura (Rm. 12:9). Ingat, kualitas kasih jemaat dan orang percaya—agaphe (1Kor. 13:1-8)—kita dapat memberi tanpa mengasihi, namun jika kita mengasihi pasti kita memberi! Jangan tinggalkan kasih yang mula-mula! Mari bangkit secara rohani dan termotivasi dengan kasih Allah sehingga pekerjaan, jerih lelah, dan ketekunan kita tidak sia-sia. Apapun yang kita lakukan harus didasarkan kasih yang murni/tulus baik kepada Tuhan maupun sesama (Mat. 22:34-40)
5.   Jika tidak ada pemulihan mereka akan disingkirkan, dan memang jemaat Efesus hancur di abad ke-5 M—perhatikan dengan tidak adanya kasih/meninggalkan kasih semula, maka kita menjadi tidak berguna (band. 1Kor. 13:1-3)—jemaat tanpa kasih, mungkin akan tetap berfungsi (namanya tetap jemaat), tetapi akan kehilangan kuasa dan kehilangan kesaksian—jadi hambar dan gelap (band. Mat. 5:13-16);


Bagaimana dengan jemaat yang dipercayakan Tuhan kepada Anda? --allofgrace-

Awas Nabi-nabi Palsu (Mat. 7:15-20)


 
Saudara, saat ini suatu kalangan tertentu menyatakan bahwa karunia nubuat dan kenabian itu sudah atau sedang dipulihkan. Bagi kita yang coba berdiri atas kebenaran Alkitab, hal itu tidaklah benar sebab karuni nubuat dan kenabian itu sudah berakhir seiring dengan sempurnanya Alkitab kita. Itu berarti bahwa orang yang menyatakan diri menerima nubuat dan mempunyai karunia nabi adalah nabi-nabi palsu dan pengajar-pengajar sesat. Alkitab sudah mengingatkan kita bahwa nabi-nabi palsu itu memang ada di antara kita pada akhir zaman ini (2Ptr. 2 dan Yudas). Perhatikan juga nasihat Tuhan Yesus bagi kita:
Pertama, Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu (Mat. 7:15). Nabi palsu bukanlah hal baru bagi bangsa Israel (Ul. 13:1-5). Biasanya, mereka muncul saat manusia kecewa dan frustrasi dengan cara Allah. Nabi palsu itu bernubuat palsu demi nama Allah (Yer. 14:16). Mereka adalah saudara-saudara palsu (2Kor. 11:26), pengajar-pengajar sesat (2Ptr. 2:1), pendusta (1Tim. 4:2), Mesias palsu dan saksi palsu (Mat. 26:24, 60), dan roh-roh penyesat (1Tim. 4:1). Mereka ini sangatlah berbahaya karena mereka sesungguhnya serigala buas berbulu domba/orang munafik (Luk. 18:11; 1Kor. 5:10-11; 6:10). Mereka hanya cari uang atau popularitas. Dan mereka akan semakin jahat (2Tim. 3:13). Hidup mereka pun akan berakhir dengan kebinasaan (2Ptr. 2:3).
Kedua, Tuhan Yesus memberikan tantangan kepada kita (Mat. 7:16, 20). Allah memang akan menangani nabi-nabi palsu itu. Namun, kita juga memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi/mengenai mereka (Ibr. 5:14)—kita harus dewasa secara rohani untuk mengetahui nabi-nabi palsu itu. Dari buahnya kita dapat melihatnya: (1) Karakter mereka (Luk. 3:8; Yoh. 7:18)—buah-buah sesuai pertobatan dan tidak bekerja untuk kepentingannya sendiri. (2) Ajaran atau doktrinnya. Ajaran nabi-nabi palsu atau pengajar-pengajar sesat itu hanya menyenangkan telinga manusia saja namun sesungguhnya dusta (Yer. 6:14). (3) Komitmen mereka (2Ptr. 2:2)—mereka hanya mengasihi diri mereka sendiri, sehingga menyesatkan orang lain.
Karena itu, kita harus senantiasa waspada. Alkitab ini sudah cukup dan sempurna (Why. 22:18-19). Allah tidak memberikan wahyu-wahyu lain selain apa yang sudah dituliskan dalam Alkitab. Berita lain selain yang dituliskan dalam Alkitab adalah injil palsu dan orang yang menyampaikannya pun adalah nabi palsu. Alkitab mengatakan bahwa orang tersebut terkutuk (Gal. 1:6-8). Kita harus sungguh-sungguh memahami Alkitab ini sebagai otoritas tertinggi bagi iman, paraktek hidup, dan ukuran untuk segala sesuatu. Karena itu, pahamilah Alkitab, pelajarilah, dan hiduplah seturut dengan kebenarannya.

-allofgrace-

Perjanjian Jemaat

Perjanjian jemaat adalah suatu persetujuan sukarela untuk masuk ke dalam suatu jemaat Baptis independen di mana mereka berjanji untuk berperilaku yang memuliakan Allah dan mendukung jemaat. Setiap anggota jemaat wajib mempelajarinya secara hati-hati dan memenuhinya. Perjanjian Jemaat berikut ini adalah yang biasanya dipakai dalam jemaat-jemaat Baptis independen:
 Perjanjian Jemaat        
Setelah dipimpin, saat kami percaya, oleh Roh Kudus, untuk menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, dan berdasarkan pengakuan iman kami, telah dibaptiskan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, kami sekarang, di hadapan Allah, dan jemaatNya ini, dengan segenap hati dan sukacita masuk ke dalam perjanjian satu dengan yang lain sebagai satu tubuh dalam Kristus (Yoh. 1:11-12; Mat. 28:19-20).
Karenanya, dengan pertolongan Roh, kami berketetapan untuk hidup bersama dalam kasih Kristus; untuk berjuang bersama bagi kemajuan jemaat ini dalam pengetahuan, kekudusan, dan ketenangan; untuk mendukung kesejahteraannya dan kerohaniannya; untuk tetap memelihara penyembahan, upacara, disiplin dan doktrin; untuk mengutamakannya lebih daripada institusi yang lain; untuk memberikan kontribusi dengan sukacita dan teratur dalam mendukung pelayanan, pengeluaran jemaat, membantu orang-orang miskin, dan memberitakan Injil ke seluruh bangsa.
Kami juga berketetapan untuk memelihara saat teduh pribadi dan keluarga; untuk secara religius mendidik anak-anak kami; untuk memberitakan keselamatan kepada sanak kerabat dan kenalan kami; untuk hidup bagi Allah di dunia ini; untuk adil dalam pemikiran-pemikiran kami, setia dalam persekutuan, dan menjadi teladan dalam segala hal; untuk menghindari fitnah, bisik-bisik, gossip, dan amarah yang tak terkendali; untuk menghindari obat-obat terlarang dan minuman beralkohol, untuk tidak melihat dan mempraktekkan pornografi; dan untuk gigih dalam usaha kami demi kemajuan Kerajaan Allah.
Lebih lanjut, kami sepakat untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain dalam kasih persaudaraan; untuk saling mengingat dalam doa; untuk saling menolong dalam sakit dan tekanan; untuk membangkitkan simpati dan keramahan Kristen dalam percakapan; untuk lambat tersinggung; tetapi selalu siap untuk rekonsiliasi.
Kami juga berketetapan untuk tetap bergabung dengan jemaat yang seasas dan sedoktrin jika kami harus meninggalkan jemaat ini sehingga kami tetap memelihara prinsip-prinsip firman Allah.
Bahwa kewajiban ini dapat diringkas sebagai berikut:
1.    Keselamatan dan Baptisan (Yoh. 1:11-12; Mat. 28:19-20)
2.    Kewajiban terhadap jemaat. Untuk hidup bersama dalam kasih Kristus (Yoh. 13:34-35)
Untuk mengupayakan kemajuan jemaat, kesejahteraan, dan kerohanian (Flp. 1:27; 2Tim. 2:15; 2Kor. 7:1; 2Ptr. 3:11)
Untuk setia dalam penyembahan, upacara, disiplin, dan doktrin (Ibr. 10:25; Mat. 28:19; 2Kor. 11:23-26; Yud. 3)
Untuk mengutamakan Tuhan dan jemaatNya dalam kehidupan (Mat. 6:33).
Untuk mendukung dengan sukacita dan teratur (1Kor. 16:2; 2Kor. 8:1-24)
Untuk mentransfer keanggotaan saya jika saya pindah dan aktif di jemaat tempat saya ada (Kis. 11:19-21; 18:24-28).
3.    Kewajiban dalam Kehidupan Pribadi
Untuk memelihara saat teduh pribadi dan keluarga (1Tes. 5:17-18; Kis. 17:11)
Untuk secara religius mendidik anak-anak (2Tim. 3:15; Ul. 6:4-7; Mzm. 78:5-7; 48:13)
Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa sesat (Kis. 1:8; Mat. 4:19; Mzm. 126:5-6; Ams. 11:30).
Untuk tidak hidup menurut dunia, adil dalam pemikiran, setia dalam menepati janji, dan menjadi teladan dalam segala hal (Ef. 5:15; Flp. 2:14-15; 1Ptr. 2:11-12)
Untuk menghindari gossip dan amarah yang tidak terkendali (Ef. 4:31; 1Ptr. 2:21; Kol. 3:8; Yak. 3:1dst)
Untuk menjauh dari penjualan dan penggunaan alcohol untuk diminum dan juga obat-obatan terlarang (Ef. 5:18; Hab. 2:15)
Untuk gigih dalam usaha kami bagi Kristus (Ti. 2:14)
4.    Kewajiban terhadap Anggota Jemaat yang lain
Untuk saling memperhatikan dalam kasih (1Ptr. 1:22)
Untuk saling mendoakan (Yak. 5:16)
Menolong orang-orang sakit dan tertekan (Gal. 6:2; Yak. 2:14-17)
Untuk mengembangkan simpati dan keramahan (1Ptr. 3:8)
Untuk lambat dalam membalas dendam, selalu siap untuk rekonsiliasi (Ef. 4:30-32).   
-allofgrace-