Jumat, 27 Mei 2011

KELUARGA YANG MENGECEWAKAN

(2Sam. 23:5)

--allofgrace--
KJV—“Although my house be not so with God; yet he hath made with me an everlasting covenant, ordered in all things, and sure: for this is all my salvation, and all my desire, although he make it not to grow.”
Ayat di atas menunjukkan kekecewaan Daud pada kehidupan keluarganya. Dia dapat merasakan pedihnya saat sesuatu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
I.          KEHIDUPAN DAUD
A.    Daud adalah sosok yang berkenan di hati Tuhan (1Sam. 16:7); dia adalah biji Allah (Mzm. 17:8); dia membenci pikiran yang sia-sia dan mengasihi hukum-hukum Allah (Mzm. 119:20). Dia berdoa pada pagi-pagi hari (Mzm. 119:147); dia saat teduh di tengah malam (Mzm. 119:62), 7 kali sehari dia memuji Tuhan (Mzm. 119:164).
B.  Namun, Daud tetap tidak sempurna. Saat berdosa, dia bertobat dengan segera dan sungguh-sungguh (Mzm. 32, 51).
C.   Kesetiaannya kepada Tuhan bukanlah sementara tetapi kebiasaan seumur hidup (Kis. 13:36)
D.    Keluarga yang diharapkan Daud (Mzm. 128:1-6)—isteri yang mengagumkan, anak-anak yang taat, rumah yang penuh dengan nyanyian, pujian, kerendahan hati, dan kasih.
II.        KEADAAN KELUARGA DAUD YANG SESUNGGUHNYA
A.   Isteri pertamanya adalah anak perempuan Saul, Mikhal—dia semula mencintai Daud, bahkan rela ambil risiko untuk menyelamatkan Daud. Namun, dia kemudian mengalami kepahitan dan berubah mengolok suaminya (2Sam. 6:20) karena Daud mengasihi Tuhan dan menari di hadapan Tuhan dengan segenap tenaga (2Sam. 6:14)
B.     Isterinya banyak—Mikhal (1Sam. 19:11); Abigail (1Sam. 25:42); Ahinoam (1Sam. 30:5); Maakha (2Sam. 3:3); Hagit (2Sam. 3:4); Abital (2Sam. 3:4); Egla (2Sam. 3:5); Batsyeba (2Sam. 12:24) (Yak. 3:16)
C.    Jika isterinya buruk, anak-anaknya lebih buruk—mereka tumbuh dan menyakiti hatinya—Amnon memperkosa saudaranya (2Sam. 13); Absalom membunuh saudaranya dan memberontak terhadap ayahnya (2Sam. 13; 15-18); Adonia menginginkan takhta saudaranya (1Raj. 1:5), dst. Apakah itu muncul dengan sendirinya? Tidak! (Ams. 20:11)
III.     KESALAHAN DAUD
A.    Apakah Daud bertanggung jawab akan hal itu?—Hosea punya isteri yang sangat jahat, namun bukan kesalahannya. Bukan jika sungguh-sungguh (Ef. 6:4)—nurture
B.     Apakah Daud berperan dalam kekacauan keluarganya? Ya. Lihat kasus Adonia (1Raj. 1:6; 2Sam. 3:4)—karena elok—bukankah demikian dengan Absalom? (2Sam. 14:25); Salomo?—Daud ayah yang toleran (kompromis; longgar) (Ams. 22:15; 29:15)
C.       Poligami bukan rencana Allah (1Tes. 4:4)
D.       Perzinaan dan pembunuhannya tentunya menjadi teladan buruk buat anak-anak (2Sam. 11)
IV.     PENGAKUAN DAUD (ay. 5b)
A.   Menjelang akhir hidupnya—dikatakan dengan iman—Allah tetap dapat memakai keluarga yang tidak sempurna sebagai jalan kedatangan Mesias ke dunia.
B.      Penerapan bagi kita: Masalah-masalah keluarga tidak memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm. 8:38-39):
-       Tidak dengan suami/isteri yang tidak setia
-       Tidak dengan isteri yang selalu mengkritik
-       Tidak dengan anak-anak yang tidak taat
-       Tidak dengan orangtua yang menganiaya anak-anak
-       Tidak pula dengan gabungan semua masalah itu
C.  Di tangan Tuhan, semua masalah itu bekerja sama untuk kebaikan kita (Rm. 8:28), Bagaimana mungkin (1Ptr. 3:7):
1.   Mengungkapkan kepada kita hal yang perlu kita ketahui, tetapi tidak dapat kita ketahui tanpa adanya masalah. Ayub berkata bahwa dia tidak bersalah, hingga kesulitan hidup dialaminya, saat itulah, dia bertobat (Ayb. 42:6)
2.    Berbagai macam pergumulan itu mengingatkan kita betapa tergantungnya kita kepada Allah. Simson membutuhkan Tuhan setiap saat. Namun, dia tidak mengetahuinya hingga dia mengalami hal yang berat. Dikhianati isterinya, dibutakan, dicambuk, dibelenggu, dan bekerja bersama lembu dan keledai. Saat itulah dia berseru pada Tuhan. (Hak. 16:28)
Bagaimana seorang isteri dapat membuat suaminya setia? Bagaimana orangtua membuat anak-anaknya saling mengasihi? Kita tidak bisa melakukannya. Namun, bagi Tuhan semuanya mungkin,
3.        Kesulitan melatih kita dan menguatkan kita (Yak. 1:3)—kita dilatih untuk lebih sabar, menguasai diri, rendah hati, banyak berdoa, dan penuh pengharapan.
4.     Itu memberikan kita kerinduan akan surga (Why. 14:13). Bagi orang percaya, masalah apapun itu tidak kekal.
Renungan
·    Jika keluarga Anda seperti keluarga Daud, bertobatlah pada Tuhan. Masalah sekecil apapun hendaknya menjadi sinyal bagi kita untuk berdiam, membuka pedoman kita, dan kembali ke jalan yang dikehendaki Tuhan (Mzm. 119:105)
·        Kristus mengasihi Anda apa adanya dan apapun yang Anda alami. Jika suami Anda tidak setia, Juruselamat Anda setia. Jika orangtua Anda tidak peduli pada Anda, Bapa di surga tetap mengasihi Anda. Jika anak-anak Anda membuat Anda menangis saat mungkin Anda berbaring, hadapilah bersama Tuhan (2Kor. 4:17)

7 Cara Alkitabiah untuk Membangun Keluarga yang Bahagia

by --allofgrace--
 ·      Banyak keluarga yang hancur—hidup tidak, matipun enggan—karena masing-masing yang berperan dalam keluarga itu mementingkan diri sendiri dan mengembangkan rasa tidak bertanggung jawab.
·    Mementingkan diri yang dimaksud: “Bagaimana pasangan saya memuaskan saya?” “Bagaimana pasangan saya melakukan segala sesuatu dengan cara saya?” “Bagaimana pasangan saya sesuai dengan standar saya?” dll
·   Suami isteri tinggal serumah tetapi tidak lagi sungguh-sungguh sebagai keluarga dan dalam ikatan pernikahan karena masing-masing menyimpan kepahitan dan kekecewaan terhadap pasangannya. Akibatnya: Suami, isteri, dan anak-anak menderita.
·        Pelajari dan terapkan 7 konsep dasar ini untuk membantu pasangan suami isteri membangun keluarga yang stabil.
I.              Ikuti Apa yang Diperintahkan Allah dalam Alkitab (2Tim. 3:16-17)
1.       Allah menginstitusikan pernikahan (Kej. 2:24). Karena itu, pernikahan akan gagal jika pasangan suami-isteri hidup bersama dengan menggunakan aturannya sendiri dan bukan aturan Allah.
2.    Akibatnya: (1) Keluarga berantakan (Kej. 27:1-46); (2) Kesetiaan anak-anak akan terpecah-pecah (1Raj. 1:6); (3) Anak-anak menyimpan kepahitan seumur hidupnya (2Sam. 18).
3.       Prinsipnya:
a.       Semua harus sudah lahir baru (Yoh. 3:3, 7)
b.       Dibaptiskan, bersaksi bahwa hidup lama Anda sudah mati bersama Kristus dan dibangkitkan kembali dalam hidup yang baru untuk melakukan kehendak Allah (Rm. 6:3-5)
c.       Serahkanlah diri Anda masing-masing untuk berlaku yang benar (Rm. 12:1-2)
d.       Baca Alkitab dan berdoalah tiap hari dengan pasangan dan keluarga (Ul. 6:6-7)
e.  Aktiflah dan hadirlah bersama-sama dalam setiap kebaktian dalam jemaat Tuhan yang alkitabiah (Ibr. 10:25)
f.        Carilah kesempatan untuk melayani Tuhan bersama-sama (Rm. 12:11)
II.           Peneguhan Kembali bahwa Pernikahan Itu Komitmen Permanen dan Persatuan yang Tidak Dapat Dipisahkan (Mat. 19:6)
1.       Ingat “Dalam keadaan suka ataupun duka, kaya atau miskin, sehat atau sakit … sampai kematian memisahkan kita.”
2.       Peganglah janji ini benar-benar bersama pasangan Anda.

III.         Pernikahan itu Bukan Pembagian 50/50
1.  Pembagian 50/50 ini berarti: “Jika kamu melakukan bagianmu, maka aku akan melakukan bagianku.” Bila tidak dilakukan, jadilah pertengkaran!!
2.   Setiap pasangan harus memenuhi tanggung jawabnya 100%: Suami 100% dan isteri 100%, meskipun seandainya salah satu pasangan tidak dapat memenuhinya. Maksudnya, dengan memberikan 100% tadi, yang kuat akan menguatkan yang lemah,
3.       Perintah Allah dalam pernikahan 100%-100% ini ada dalam Ef. 5:18-33:
a.       Isteri: (1) tunduk pada suami, seperti kepada Tuhan (ingat bahwa ini bukan hanya jika suami melakukan tanggung jawabnya); (2) Isteri hendaknya tidak menggurui suaminya.Dia dapat memenangkan suaminya dengan perilakunya (1Ptr. 3:1)
b.       Suami: (1) kepala keluarga—bukan dalam hal superior-inferior tetapi dalam hal otoritas dan tanggung jawab; (2) Mengasihi isteri, bahkan hingga rela mengorbankan nyawanya (Rm. 5:8); (3) dipenuhi dengan Roh Kudus (Ef. 5:18)
4.       Bagaimana jika kita belum memberikan 100% ini?
a.       Akui dosa dan kegagalan di hadapan Tuhan secara rinci (1Yoh. 1:9-10)
b.       Minta pengampunan pada pasangan karena gagal menjadi pasangan yang dikehendaki Allah.
c.       Belajarlah untuk taat.
IV.         Kenali Bahwa Masing-masing Memiliki Kebutuhan Pribadi yang Berbeda-beda
1.       Suami dan isteri masing-masing memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pasangannya (Ef. 5:33)
2.      Apa yang dibutuhkan isteri?—(a) kasih; (b) mendengar bahwa dia dikasihi; (c) menerima bukti kasih suaminya; (d) rasa aman, perlindungan, dll
3.       Apa yang dibutuhkan suami?—(a) dihormati dan dihargai; (b) mengetahui bahwa isterinya tetap menghargainya, khususnya pada saat ada kegagalan; (c) mengetahui bahwa isterinya bergantung padanya, sama seperti jemaat bergantung pada Kristus.
4.     Jika tidak dipenuhi akan timbul konflik yang mengarah usaha pencarian pemenuhan kebutuhan itu pada orang lain.
V.           Usahakanlah Untuk Memenuhi Kebutuhan Pasangan Anda (1Kor. 7:3)
1.       Apakah kebutuhan Anda itu sudah cukup terpenuhi oleh pasangan Anda?
2.       Mulailah dari diri Anda untuk memberi lebih dahulu (Luk. 6:38a): Jika kita memberi kasih … kita akan mendapatkan kasih. Jika kita memberi pertolongan, kita akan menerima pertolongan. Jika kita memberi senyum, kita akan menerima senyumam. Jika kita memberi kebencian, kita akan mendapat kebencian pula.
VI.         Pandanglah Perbedaan dengan Cara Allah (1Kor. 7:4-5)
1.       Delapan Langkah Penurunan Hubungan (mengarah pada penceraian):
a.       Hilangnya persekutuan yang hangat, komunikasi, dan kesatuan.
b.  Perangkap perzinaan—saat pasangan mencari pemenuhan kebutuhan untuk kehangatan, komunikasi yang bermakna, kesatuan, hormat pada yang lain selain pasangan mereka—itulah perzinaan. Bandingkan bahwa Allah menyatakan bahwa penyembahan berhala adalah zina (Im. 17:7) demikian juga minta pertolongan kepada mereka (Im. 20:6). Jadi, perzinaan itu bukan hanya hubungan seks di luar pernikahan. Sering kali hal ini karena sedikit perbedaan yang terjadi antara suami isteri, luka hati yang tidak terobati, dan juga kesalahan yang tidak dimaafkan. Memang pasangan itu masih ada seatap, tersenyum, berhubungan fisik. Tetapi persekutuan yang hangat itu telah berakhir.
c.  Untuk menghindari luka yang lebih parah, pasangan yang terluka itu menarik diri dan membangun benteng perlindungan.
d.  Orang yang terluka itu mencari kambing hitam dengan menyakiti orang lain, biasanya anak-anak atau kerabat terdekat yang bersama mereka.
e.       Benteng perlindungan pun akan juga dibangun.
f.        Pernikahan menjadi dingin, formalitas, tanpa makna, kasih, dan komunikasi yang bermakna.
g.       Pasangan tidak lagi memenuhi kebutuhan pasangannya.
h.       Perceraian.
2.       Bagaimana solusi terhadap penurunan hubungan itu?
a.       Gesekan-gesekan oleh karena perbedaan itu harus diselesaikan segera (Mat. 18:15)
b.       Sikap yang perlu dikembangkan adalah pengampunan (Mrk. 11:25; Luk. 17:3-4)
c.       Itulah jalan rekonsiliasi yang dilakukan Allah (Ef. 4:32)
3.       Bagaimana Tuhan mengampuni?
a.       Kristus tidak berdosa, tetpai Dia menanggung dosa, kesalahan, malu, dan penghukuman kita (Rm. 5:8). Itu jugalah yang harus kita lakukan pada orang lain … terlebih pasangan kita (Mat. 5:39). Saat kita benar-benar mengampuni, kita harus menempatkan diri kita di tempat di mana kita bisa kembali disakiti.
b.  Bila pengampunan itu diberikan, dasar pemulihan komunikasi dan keterbukaan dalam pernikahan pun akan kembali terbangun
c.       Selesaikan perbedaan itu dengan cara Allah, jangan pernah mengabaikannya.

VII.      Percaya Sepenuhnya Satu Sama Lain
1.   Pernikahan akan kokoh bila didasari oleh saling percaya—termasuk kepercayaan untuk pasangan dapat memulai lagi dari awal meskipun dia telah gagal
2.      Tanda-tanda ketidakpercayaan: (a) cemburu; (b) curiga; (c) tembok perlindungan—batasan-batasan yang tidak masuk akal.
3.       Kita dapat memberikan kepada pasangan kita kepercayaan tanpa syarat hanya jika kita percaya bahwa Tuhan akan menjaganya benar dan menguatkannya bila dia gagal.
4.       Suami harus dapat mempercayai isterinya (Ams. 31:10-11)
5.       Isteri dapat taat pada firman Allah (Ef. 5:22) jika dia percaya suaminya.
Kesimpulan
Bangunlah keluarga dengan prinsip Alkitab!

Kematian Tidak Menunggu



Penulis lagu buta, Fanny Crosby, ditanya apakah ada yang lebih buruk selain daripada buta. Ia menjawab, “Ya, memiliki mata tetapi tidak memiliki visi.” Banyak jemaat Tuhan masa kini memiliki masalah karena mampu melihat secara fisik tetapi tidak secara rohani. Tuhan Yesus membahasnya di Yohanes 4. Dia baru saja menyelamatkan seorang perempuan di sumur, dan ia telah pergi ke Samaria untuk mengatakan, “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Tidak lama kemudian, para murid berkata kepada Yesus, “Rabi, makanlah.”

Sebagai tanggapan atas kebaikan tapi keduniawian para murid, “Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh. 4:34-35).

Perhatian para murid adalah makanan, tetapi fokus Juruselamat adalah jiwa-jiwa. Ketertarikan mereka adalah perjamuan, ketertarikannya adalah jiwa-jiwa. Dia berkata kepada mereka untuk berhenti makanan yang sementara, dan memandang pada orang banyak yang kekal. Saat itu, perempuan itu mengajak seluruh kota mengikutinya untuk datang kepada Yesus.

Para pemberita dan pengkhotbah harus mengangkat pandangannya dan menolong orang percaya yang mendengarkan beritanya untuk menangkap visi penuaian. Saat Yesus berkata kepada para murid untuk melihat, Dia sebenarnya sedang menasihati mereka untuk melihat dari dekat dan mengamati. Inilah aspek yang Tuhan ingin kita untuk melihat sehubungan dengan tuaian:

Mendesaknya Tuaian
Yesus mengatakan bahwa tuaian sudah menguning, berarti sudah tiba waktunya untuk dituai. Saat gandum masak, warna bulirnya menjadi kuning atau putih cerah, berarti siap untuk dituai. Yesus dan para murid-Nya dapat melihat orang Samaria yang mendekat; mereka adalah ladang yang siap untuk dituai itu.

Paul Rader pernah bercerita tentang tuaian gandum melimpah di Australia yang membusuk di ladang pada masa Perang Dunia I. Karena banyak orang ikut wajib militer, tak ada orang yang tinggal untuk menuai. Itulah kasus “tuailah atau membusuk” (reap or rot). Di Amerika, mungkin ini sulit untuk diterima. Namun, jika kita melihat negara-negara lain di dunia, kisah tentang Yesus akan menjadi hidup. Di Kamboja dan Uganda, respons terhadap berita Injil sungguh menyentuh. Meskipun tuaian di Amerika mungkin tampak sedikit, banyak tempat di belahan dunia ini siap untuk dituai. 

Perintah Allah untuk memberitakan Injil di Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15, Kis. 1:8, dll., semuanya dilakukan dengan segera. Meskipun dikatakan hampir lebih dari 2000 tahun yang lalu, murid masa kini harus sibuk dengan pekerjaan Bapa (Luk. 2:49). Paulus benar saat ia menasihati, “Saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya” (Rm. 13:11).

Setelah memberitakan Injil di sebuah desa di Afrika, seorang pria menerima Kristus dan penuh sukacita serta beban. Ia memandang penmberita itu dan berkata, “Mengapa Anda tidak segera datang ke desa kami? Kedua ayah dan ibu saya telah meninggal dan telah pergi ke neraka sebagaimana yang Anda ceritakan.” Kematian memang tidak menunggu!

Dalam Mat. 9:36-38, Yesus kembali memakai tuaian untuk pelajaran para murid. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Kata ‘orang banyak’ di ayat 36 berarti ‘sejumlah besar.’ Kata ‘banyak’ di ayat 37 berarti ‘besar, melimpah.’
Saat ini, lebih 6.7 miliar penduduk mendiami bumi. Penduduk Indonesia 230 juta jiwa. Amerika pun hanya 300 juta jiwa. Populasi dunia adalah 20 kali penduduk Amerika. Itu adalah jumlah yang sangat besar. Para misionaris memperkirakan bahwa setidaknya setengah dari jumlah itu sama sekali belum pernah mendengar Injil dan tiga per empatnya belum pernah menerima paparan Injil secara jelas.

Lebih dari 40 juta orang meninggal tiap tahunya dengan perkiraan 39 juta jiwa belum diselamatkan. Populasi Neraka terus meningkat. Statistik ini bukanlah sekadar jumlag, tiap kepala adalah jiwa yang baginya Yesus Kristus mati. Jiwa yang masak itu akan dituai atau membusuk, ditebus atau binasa. Dari situlah kita bisa memandang besarnya tuaian di mata Tuhan kita.

Setelah dua puluh abad sejarah jemaat, kata-kata Yesus di Matius 9:37 masih berlaku, “pekerja sedikit.” Hanya beberapa gembala, penginjil, dan jemaat sajalah yang benar-benar sadar jiwa. Berapa banyak jemaat yang Anda tahu benar-benar menyala-nyala untuk penginjilan? Bahkan istilah pemenangan jiwa (soulwinning) sudah banyak dicemooh. Penginjilan dianggap terlalu ekstrem.

Ladang misi tidak pernah kebanyakan misionaris. Ada jutaan jiwa yang belum pernah mendengar Injil di kota-kota dan desa-desa di Indonesia. Kota Soweto, Johannesburg, Afrika Selatan, jutaan penduduknya tidak memiliki satu pun jemaat yang memberitakan Injil. Bagaimana di desa dan kota Anda? Banyak kota dan desa yang tidak memiliki jemaat yang mengajarkan kebenaran sejati dan melakukannya!

Nasihat Yesus dalam Mat. 9:38 adalah agar kita, “Minta … kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Banyak gembala berduka karena kenyataan dan fakta hanya sedikit orang yang benar-benar mau terjun ke dalam pelayanan purna waktu. Bagaimana jika jemaat secara khusus mengadakan kebaktian 9:38 semalam suntuk? Berdoalah sungguh-sungguh untuk para pekerja di ladang Tuhan. Berdoalah pula agar jemaat memiliki visi tuaian ini.

--allofgrace--

Kamis, 26 Mei 2011

21 Reasons to Stand with Your Pastor (21 Alasan Tetap Bertahan Bersama dengan Gembala Anda)


Pernahkan memerhatikan bahwa beberapa orang suka mengritik para gembala? Seperti anak-anak dan permen—mereka membuat diri mereka kecanduan, meskipun itu merusak mereka. Meskipun mereka memilih secara sukarela tetap di bawah kepemimpinannya, mereka terus-menerus mencari dan mengeksploitasi kelemahan yang mungkin ada.

Saya tidak pernah memahami pemikiran ini. Memilih seorang gembala, hanya untuk mengutuk pemilihannya sama sekali tidak masuk akal. Di depan gembala memuja dan memujinya, sementara di belakang mencaci-maki sehabis-habisnya. Ini sungguh aneh!

Alkitab seringkali menyamakan keluhan terhadap pemimpin rohani sebagai keluhan melawan Tuhan. “TUHAN telah mendengar sungut-sungutmu yang kamu sungut-sungutkan kepada-Nya  —  apalah kami ini? Bukan kepada kami sungut-sungutmu itu, tetapi kepada TUHAN." (Kel. 16:8).

Lain waktu, Anda dicobai untuk bergabung dan berpartisipasi untuk “menggoreng gembala” setelah ibadah Minggu, renungkanlah daftar berikut ini …

Ingatlah pengorbanannya untuk pelayanan itu (Remember the sacrifice he makes to be in the ministry.) Gembala yang baik seharusnya juga baik dalam banyak hal lainnya, dan kebanyakan akan menghasilkan uang yang lebih banyak dalam pekerjaan sekuler. Ia tetap bertahan dalam pelayanan karena Anda. “Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?” (2Kor. 12:15).

Ingatlah makanan alkitabiah yang telah ia sediakan bagi Anda dan keluarga Anda (Remember the biblical nurture he provides for your life and family.) Pembelajarannya dan waktu doanya telah terbukti efektif untuk member makan Anda secara rohani. Ia berusaha keras mempelajari Firman Allah sehingga hidup Kristen Anda menjadi lebih kuat. “Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu” (Kis. 20:20).

Ingatlah kualitas-kualitas yang membuat Anda menghargai kepemimpinannya (Remember the qualities that caused you to appreciate his leadership.) Pada beberapa hal, Anda telah secara sukarela tunduk di bawah kepemimpinan dan pengaruhnya. Renungkanlah dan ingatlah akan kualitas baik yang membuat Anda mengambil keputusan tersebut.

Ingatlah kemenangan-kemenangan atas pemimpinannya bagi Anda dalam kehidupan (Remember the victories he has led you towards in life.) Karena kepemimpinannya, Anda memiliki andil dalam kemenangan pribadi dan pelayanan. Kenanglah kenangan manis itu. Ingatlah keputusan rohani yang telah Anda buat karena pengaruhnya. Karena khotbah-khotbahnya, Anda mungkin telah terhindar dari banyak perangkap, terhindar dari pengambilan keputusan yang buruk, dan melihat pertumbuhan rohani yang nyata. Renungkanlah keputusan-keputusan tersebut.

Ingatlah bahwa orang banyak sedang mengritiknya (Remember that plenty of others are criticizing him.) Tiap orang bisa dikritik karena tiap orang memang tidak sempurna. Pikirkanlah agak lama dan Anda akan menemukan banyak kesalahan dengan tiap orang. Tiap orang memang memiliki sisi kelam. Mencari dan menunjukkan kesalahan orang itu tidak ada nilainya—orang yang tidak rohani bisa melakukannya. Diperlukan kedewasaan dan kedalaman rohani lebih untuk tetap setia berada dalam keluarga jemaat yang tidak sempurna. 

Ingatlah bahwa ia mungkin menanggung beban mengurus jemaat yang tidak bisa ia katakan kepada Anda (Remember he’s probably bearing burdens in the care of the church that he cannot tell you about.) Di luar dunia kecil saya, gembala mungkin harus mengurus banyak hal besar—orang yang hidupnya hancur, keluarga yang berantakkan, orang terkasih yang sekarat, serangan rohani pribadi, anggota jemaat yang dicobai, anak yang mengalami pelecehan, istri yang baru ditinggalkan suaminya. Ia tidak bisa mengungkapkan semuanya kepada Anda, namun semuanya itu ada dan sangat nyata.

Ingatlah bahwa ia mungkin memiliki informasi yang tidak Anda miliki (Remember he probably has information you don’t have.) Kadangkala, kita mengritik karena kita sudah memiliki konsep pemikiran yang sudah demikian adanya. Saat diceritakan tentang kebenarannya, itu malah diabaikan, tidak dipercayai, atau bahkan tidak didengarkan. Saat Anda tidak mengerti akan suatu keputusan, ingatlah saja, gembala mungkin melihat bagian gambar yang tidak bisa Anda lihat.

Ingatlah bahwa ia aka nada di sampan Anda berdoa saat Anda sakit (Remember he would be by your bedside praying if you were sick.) Ya, bahkan pengritik pun dikasihi oleh gembala. Ia akan menghentikan apa yang dikerjakannya, meninggalkan meja makan, atau meluangkan waktu untuk mengunjungi dan berdoa bersama dengan Anda.

Ingatlah bahwa ia akan berdiri bersama Anda saat Anda menghadapi pencobaan berat (Remember he would be standing by you if you faced a hard trial.) Dia akan berdoa, mendukung, dan menguatkan Anda selama masa sulit, meskipun ia tidak mengetahui rinciannya.

Ingatlah bahwa ia akan bersama Anda saat salah seorang anggota keluarga bergumul antara hidup dan mati. (Remember he would be waiting with you if a family member was hanging between life and death.) Ia akan duduk di sana, mungkin menangis bersama Anda, dan berdoa kepada Allah untuk campur tangan melakukan mukjizat.

Ingatlah bahwa ia akan duduk bersama Anda dalam sunyinya ruang pengadilan (Remember he would be sitting beside you in a lonely courtroom.) Tak bersalah atau pun bersalah, gembala Anda aka nada di sana untuk mendoakan yang terbaik dan mendorong Anda saat melalui hal-hal terburuk.

Ingatlah bahwa ia akan memberi Anda nasihat saat menghadapi keputusan-keputusan sulit. (Remember he would give you counsel during a difficult decision.) Ia akan menolong Anda melihat melalui kabut yang mengelilingi Anda, menunjukkan berbagai pilihan, dan memberikan prinsip alkitabiah untuk mengambil keputusan yang bijaksana.

Ingatlah bahwa ia akan tetap mengasihi dan mendukung Anda meskipun Anda sepenuhnya gagal. (Remember he would still love and support you if you completely failed.) Jika Anda datang kepadanya dengan berita terburuk, sekarang, ia akan tetap mengasihi dan menolong Anda untuk melakukan hal yang benar sebagai respons. Ia akan tetap duduk bersama Anda, keluarga Anda, dan menolong untuk membangun kembali yang rusak, memulihkan yang hancur, dan mencari yang hilang.

Ingatlah bahwa Tuhan berkata untuk menghargai dan mengingatnya (Remember the Lord said to acknowledge and remember him.) Ini sepenuhnya gagasan Allah. Ibrani 13:7 berkata, “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.”

Ingatlah bahwa ia diberi Allah karunia penggembalaan atas hidup Anda (Remember he is God’s shepherding gift to your life.) (bnd. Ef. 4:11).

Ingatlah bahwa semangat kritik Anda membuat Anda dan keluarga menjadi rentang. (Remember your critical spirit makes you and your family vulnerable.) Menolak struktur otoritas Allah itu jelas salah. Kritik pada otoritas rohani itu membuka pintu untuk serangan rohani yang akan mengacaukan keluarga Anda.

Ingatlah bahwa tidak ada gembala di atas muka bumi ini yang sempurna (Remember no pastor on earth is perfect.) Selalu demikian. Jemaat Anda yang baru pun tetap memiliki gembala yang tidak sempurna sama seperti jemaat Anda sebelumnya. Bahkan, Rasul Paulus sendiri pun menganggap dirinya yang paling berdosa (1Tim. 1:15).

Ingatlah bahwa ia tidak harus menjadi gembala (Remember he doesn’t have to be a pastor.) Ia bisa berhenti besok. Banyak yang demikian. Banyak yang sampai akhir—lelah, lemah, dan terluka. Sebenarnya, mereka bisa menghindarinya, hidup pribadi dan peduli pada diri sendiri. Banyak yang demikian. Jangan dorong gembala Anda mengambil keputusan itu. Doronglah untuk terus maju.

Ingatlah bahwa kritik Anda lebih merupakan pancaran jiwa Anda daripada kesalahannya (Remember your criticism is more a reflection of your spirit than his faults.) Kritik dengan semangat yang salah merupakan hasil daripada hati yang tidak murni, bukan gembala yang tidak sempurna. Jika hati Anda murni, kritik Anda tidak akan menjadi kritik. Itu akan menjadi kepedulian dan itu akan disampaikan langsung kepada Anda pribadi.

Ingatlah bahwa kritik Anda pada hakikatnya menyakiti diri Anda sendiri (Remember your criticism ultimately hurts you.) Roh yang mendorong kritik itu seperti kanker yang menggerogoti jiwa (Ibr. 12:15). Itu akan merampas sukacita, mengaburkan visi,  membiaskan perspektif ANda, dan menghancurkan kemampuan Anda untuk hidup dengan sukacita berkelimpahan. Selain kehancuran internal, kritik selalu merusak kesaksian Anda. Orang yang bijaksana mulai menghindarinya.

Memiliki kasih dan hormat alkitabiah kepada gembala yang ilahi, berhati hamba, dan bertumbuh itu benar sesuai Alkitab. Itu bukan pemujaan manusia. Itu tidaklah buta. Itu juga tidak tanpa pemikiran. Itu tidak melanggar keimaman orang percaya, otoritas setiap ayah atau kebebasan jiwa individu setiap orang. Itu sangatlah bijak.

Lain waktu Anda ingin mengritik orang yang sungguh-sungguh yang Anda sebut “Gembala”, ingatlah daftar ini. Berhentilah dan renungkanlah kembali. Seorang bijak berkata, “Tidak pernah ada orang mendirikan monumen dengan kritik.” Jalanilah jalan terjal menuju kedewasaan dan tetaplah menjaga hati yang murni. Ungkapkanlah pemikiran Anda secara langsung kepada gembala dan gembala yang baik akan merenungkan dan mendengarkan Anda. Anda akan bersukacita karena Anda tidak membuangnya dengan tindakan konyol mengritik ini.

Benjamin Franklin berkata, “Orang bodoh hanya dapat mengritik, mengutuk, dan mengeluh—dan kebanyakan orang melalukannya.”

Teddy Roosevelt berkata, “Bukanlah kritik yang berharga, bukan pula orang yang menunjukkan bagaimana orang kuat itu jatuh, atau di mana pelaku dapat melakukan lebih baik. Pujian menjadi milik orang yang benar-benar berada di arena, yang wajahnya kotor dengan debu, keringat, dan darah, yang tahu bahwa kemenangan yang terbaik itu harus diraih dan yang jika gagal, setidaknya ia telah mencoba untuk melakukan yang terbaik, bukan orang yang hanya diam dan dingin yang tidak pernah merasakan menang atau kalah.”

--allofgrace--