Pelayanan adalah anugerah Tuhan Yesus (Ef. 4:11-12). Para pelayan Tuhan semata-mata adalah penatalayan/pengatur (steward) rumah Tuhan yang sepenuhnya melakukan pekerjaan bagi Tuhan bukan bagi dirinya (Ti. 1:7) dan sebagai pengurus yang baik (good stewards) anugerah Allah itu.
Namun, tanpa dipungkiri, ada beberapa hal yang dapat membuat pelayanan kita mengalami kemunduran atau stagnasi. Hal-hal yang menjadi penghambat kemajuan pelayanan itu dapat berasal dari dalam diri pelayan Tuhan maupun dari luar.
Kita akan melihat beberapa kasus dari Alkitab tentang jemaat-jemaat yang mengalami kemunduran ataupun stagnasi. Kita akan belajar bagaimana kondisi jemaat-jemaat itu. Kita akan melihat dari beberapa jemaat Asia Kecil yang menerima surat dari Rasul Yohanes.
Perlu digarisbawahi bahwa jemaat-jemaat itu meskipun menjadi gambaran keadaan jemaat-jemaat pada masa sekarang, namun jemaat-jemaat itu adalah jemaat-jemaat Perjanjian Baru. Dan jika kita meyakini bahwa jemaat-jemaat Perjanjian Baru itu juga adalah jemaat-jemaat Baptis Independen, maka kita melihat ada berbagai macam kondisi jemaat Baptis Independen. Kita mengakui ini karena pada abad mula-mula belum ada Roma Katolik, belum ada Protestan, belum ada Karismatik, dan belum ada jemaat-jemaat yang lain, dan yang ada adalah jemaat-jemaat Perjanjian Baru yang juga sama dengan jemaat-jemaat Baptis Independen sekarang.
Jemaat Efesus (Why. 2:1-7)
Jemaat Efesus mengalami kemunduran karena meninggalkan kasih yang semula (ay. 4) dan Alkitab menyatakan bahwa mereka telah jatuh (ay. 5).
1. Jemaat Efesus sesungguhnya adalah jemaat yang bekerja keras, berjerih lelah, dan bertekun dalam penderitaan (ay. 1-2a). Paulus merintis jemaat Efesus (Kis. 18:19-21; 19; 1Kor. 16:8). Tiga tahun lamanya Paulus mengajar dan melatih orang-orang di sana; Apolos juga mengajar di sana; Priskila dan Akwila juga melayani di sana; jemaat ini digembalakan oleh Timotius (1Tim. 1:3) kemudian dilanjutkan oleh Rasul Yohanes.
2. Jemaat Efesus adalah jemaat yang mempertahankan kebenaran (ay. 2b); membenci pelayan-pelayan palsu; rasul-rasul palsu (para pengikut Nikolaus yang berusaha untuk menguasai orang dan bukan melayani) (ay. 6; band. 2Kor. 11:13)
3. Namun, mereka mengalami kemunduran bahkan kejatuhan yang parah:
a. Kehangatan kasih mereka telah ditinggalkan (ay. 4)
i. Ini sungguh menjadi pelajaran penting bagi kita. Jika pelayanan kita menjadi sekadar tradisi, kita mengalami kemunduran. Memang mungkin ada doa, mungkin ada PA, mungkin ada ibadah, dst. Namun jika itu semua kita lakukan hanya sebagai rutinitas karena kita sudah menyatakan diri untuk melayani bahkan ditahbiskan untuk melayani, maka kita memiliki motivasi yang salah. Motivasi kita mungkin adalah prestise, posisi, reputasi, kewajiban, rasa takut dan bukan kasih (band. Ef. 1:15-16).
ii. Ingat, dalam tradisi ini kita bisa saja orang-orang yang giat melayani namun bukan karena kasih melainkan rasa takut. Kasih yang mula-mula telah ditinggalkan (2Kor. 11:2)
b. Mereka telah jatuh (ay. 5a)
Kita dapat merasakan kondisi sebagaimana jemaat Efesus ini. Mereka GIAT TETAPI DINGIN. Apakah jemaat yang kita layani juga ada dalam kondisi kemunduran seperti ini? Mungkin tetap ada jam-jam ibadah, namun tidak ada gairah (passion) untuk memuji Tuhan, tidak ada kerinduan untuk berdoa dengan sungguh-sungguh; tidak ada ketertarikan untuk belajar Alkitab, sehingga yang melayani pun mempersiapkan diri dalam menyediakan makanan rohani yang ala kadarnya (daripada tidak khotbah, setidaknya khotbah asal-asalan saja). Perhatikan bahwa kasih yang semula itu: FIRST:
1) Fellowship—bersekutu dengan Tuhan secara pribadi dengan haus dan lapar (Mzm. 42:2)
2) Intimate—bergaul karib dengan Tuhan (Ayb. 29:4; Kej. 5:22)
3) Respect—menghargai Allah yang telah mengaruniakan pelayanan ini (1Tim. 3:1)
4) Spirit—semangat untuk tetap melayani Tuhan (Rm. 12:11; Mzm. 122:1)
5) Tender—sensitif/peka terhadap kebutuhan sehingga rela memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan pekerjaan Tuhan (Yoh. 10:11; 15:13)
4. Apa yang harus kita lakukan jika kita ada dalam kondisi sebagaimana jemaat Efesus ini?
Perhatikan apa yang juga harus dilakukan oleh jemaat Efesus! Mereka perlu memperhatikan dan melakukan 3 hal (3R):
a. Remember (Ingatlah)—betapa dalam mereka jatuh (contoh: anak yang hilang—Luk. 15:17-18)
b. Repent (Bertobatlah) (band. 1Yoh. 1:9)
c. Redo (Lakukan lagi)—dimotivasi kembali oleh kasih kepada Tuhan Yesus (band. 1Yoh. 5:2)
Itu jugalah yang harus kita lakukan dalam kondisi kemunduran ini. Kasih harus menjadi yang utama (1Kor. 13:13; Mat. 22:37-40). Kasih jangan pura-pura (Rm. 12:9). Ingat, kualitas kasih jemaat dan orang percaya—agaphe (1Kor. 13:1-8)—kita dapat memberi tanpa mengasihi, namun jika kita mengasihi pasti kita memberi! Jangan tinggalkan kasih yang mula-mula! Mari bangkit secara rohani dan termotivasi dengan kasih Allah sehingga pekerjaan, jerih lelah, dan ketekunan kita tidak sia-sia. Apapun yang kita lakukan harus didasarkan kasih yang murni/tulus baik kepada Tuhan maupun sesama (Mat. 22:34-40)
5. Jika tidak ada pemulihan mereka akan disingkirkan, dan memang jemaat Efesus hancur di abad ke-5 M—perhatikan dengan tidak adanya kasih/meninggalkan kasih semula, maka kita menjadi tidak berguna (band. 1Kor. 13:1-3)—jemaat tanpa kasih, mungkin akan tetap berfungsi (namanya tetap jemaat), tetapi akan kehilangan kuasa dan kehilangan kesaksian—jadi hambar dan gelap (band. Mat. 5:13-16);
Bagaimana dengan jemaat yang dipercayakan Tuhan kepada Anda? --allofgrace-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar