Selasa, 24 Mei 2011

MENGAMPUNI ATAU MENYIMPAN KEPAHITAN? (Ef. 4:31-32)



Pendahuluan:
A.   Konteks ayat ini berhubungan dengan jemaat lokal.
B.   Dalam 1Kor. 5, Paulus membahas tentang anggota jemaat yang berbuat dosa dalam terang disiplin jemaat. Ia dapat dikeluarkan dari jemaat dan diserahkan kepada Iblis. Tampaknya, ia bertobat, tetapi tidak sepenuhnya dipulihkan melakui pengampunan. Orang berdosa ini jadi benar dan jemaatnya yang jadi salah! Kesalahan jemaat itu dibahas di 2Kor. 9.
C.   Tidak mau mengampuni adalah dosa! Bukan hanya kepada orang yang tidak diampuni, melainkan juga kepada Tuhan. Dosa yang tidak diakui pasti akan dihakimi Allah.
D.   Analogi pengampunan adalah sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita. Allah telah mengampuni kita sepenuhnya. Dia tidak pernah mengungkitnya lagi. Dosa kita terhapus dari pandanganNya.
E.   Tidak mengampuni akan mengakibatkan kepahitan. Kepahitan itu menghancurkan kita dan merusak orang di sekitar kita. Itu harus dihindari dan diatasi dengan cara alkitabiah.

I.       Derap Langkah Kepahitan
1.     Kesalahan menimbulkan luka, baik dengan perkataan maupun perbuatan!
2.     Luka membangkitkan amarah! Jika luka itu tidak ditangani dengan sungguh-sungguh, amarah adalah hasilnya. Amarah yang tidak terkendali disebut murka, amarah yang dipraktikka (bnd. Yak. 1:20)
3.     Amarah menghasilkan kepahitan! Kepahitan selalu dimulai dengan akar yang tidak kelihatan, betapa pun kecilnya, akhirnya akan berbuah juga. Kepahitan ini harus diatasi secara alkitabiah.

II.     Hasil Kepahitan
1.     Memberikan Iblis keuntungan (2Kor. 2:10-11), Kepahitan merupakan cengkeraman setan yang kuat di hati orang percaya.
2.     Membebani orang yang tidak mau mengampuni (2Kor. 2:7). Rekonsiliasi dan pembaruan persekutuan itu tergantung pada dua belah pihak.
a.     Pertobatan oleh orang yang berbuat! Anda dapat mengampuninya sepenuhnya tetapi persekutuan itu tidak bisa dipulihkan. Alkitab mengatakan bahwa kita harus mengampuni 70 kali tujuh kali jika mereka bertobat. Anda bisa mengasihi, berbuat baik, dan mendoakan sambil tetap menjaga jarak.
b.     Pengampunan oleh korban! Tak peduli betapa yang berbuat sudah bertobat dan coba memperbaiki, ia tidak dapat pulih dan bersekutu dengan korban yang tidak mau mengampuni.
3.     Ada kesalahan yang bisa dilakukan kedua pihak: pelaku yang tetap keras kepala atau korban yang tidak mau mengampuni. Ini akan menyakiti orang yang kita kasihi. Kepahitan kita menyakiti orang yang tak bersalah.

III.    Perlindungan Melawan Kepahitan
1.     Realisasi (ay. 31). Kita perlu mempelajari gejala tidak mau mengampuni dan kepahitan. Itu harus disingkirkan. Kita tidak bisa benar di hadapan Allah atau sesama jika kita memiliki keduanya. Jangan-jangan malah belum sungguh-sungguh percaya sehingga mendendam.
2.     Selesaikan (Resolve) (ay. 32). Kita perlu menunjukkan pengampunan dan kebaikan kepada orang yang telah menyakiti kita. Alkitab mengajarkan untuk mendoakan mereka dan melakukan apa yang baik bagi mereka. 
3.   Ingatlah (Remember) (ay. 32). Pengampunan itu sebenarnya berguna bagi kita dan juga orang yang menyakiti kita. Mereka mungkin tidak pernah akan benar; mereka mungkin takkan pernah minta maaf; tetapi kita dapat memiliki damai dengan Allah di hati jika melakukan apa yang benar. Hati nurani yang jernih menjadi alas tidur yang empuk dan nyaman.

--allofgrace--

1 komentar: